Momen Buka Puasa ter-Baper


Alhamdulillah tahun ini kita masih diberikan kesempatan untuk bertemu kembali dengan bulan mulia, yaitu bulan Ramadhan. Mengapa disebut bulan mulia? karena di bulan ini, banyak sekali keistimewaan yang bisa kita dapatkan salah satunya adalah kebaikan sekecil apapun akan dilipatgandakan ganjaran nya oleh Allah SWT. Jadi, bulan puasa ini bisa kita jadikan momentum untuk memperbanyak kebaikan, selagi ganjarannya dilipatgandakan.

Hari pertama puasa nih, harusnya masih semangat ya, hehe. Mengawali bulan puasa kali ini, aku jadi ingin curhat soal beberapa momen buka puasa ter-baper sepanjang aku hidup. Karena ini hanyalah tulisan curhat, jadi silakan ambil yang baik-baiknya saja ya, hehe.

1. Momen Buka Puasa Pertama Jauh dari Orangtua

Tahun 2010, tahun dimana saya pertama kalinya tinggal sendiri. Selepas kelulusan SMA, saya diterima di salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung dan mendapatkan full beasiswa. Alhamdulillah. Setelah menyelesaikan hal-hal yang bersifat administratif di kampus, pihak IOM kampus menyarankan kami, mahasiswa-mahasiswa yang mendapatkan beasiswa ini untuk tinggal di asrama pesantren khusus mahasiswa. Tujuannya supaya kami-kami ini jadi 'terpantau'.

Letaknya kebetulan tidak jauh dari kampus, nuansa nya adem, air nya cur-cor (melimpah), dan yang bikin seneng bayaran nya cuma Rp 90.000 aja per bulan, itu pun  sudah dapet ilmu agama di pesantren. Walaupun tempat tinggal saya juga di Bandung, tapi akhirnya saya mau juga tinggal di asrama. Alasannya, yaa, karena waktu itu saya belum punya kendaraan pribadi, jadi tinggal di asrama bisa jadi salah satu solusi.

Pondok Pesantren Mahasiswa Miftahul Khoir, tempat pertama kalinya buka puasa tanpa keluarga
Tinggal di asrama pesantren ini ternyata jadi hal baru bagi saya. Hal yang paling saya rasakan adalah ketika semuanya dilakukan benar-benar sendiri. Dan ketika memasuki bulan puasa, kok ya saya jadi mellow.

Kalau dulu semasa sekolah, begitu magrib, ada yang menyiapkan menu berbuka, sekarang saya harus siapkan sendiri. Ketika berbuka pun tidak ada nuansa kehangatan khas keluarga di rumah. Waktu sahur pun hanya alarm yang membangunkan.

Jadi pengen nyanyi, "masak.. masak sendiri.."

Tapi hidup serba mandiri semasa kuliah ini akhirnya bisa bikin saya yang manja ini terbiasa mandiri dan ga kaget waktu jadi istri orang. Ada hikmah nya juga sih, hehe.

2. Buka Puasa Sambil Menyelesaikan Tugas Akhir

Masih cerita soal masa kuliah. Waktu itu, angkatan saya bisa dibilang angkatan terakhir dengan kurikulum perkuliahan yang lama, sekaligus juga angkatan pertama dengan kurikulum yang baru. Jadi, saat itu kami diberi waktu untuk menyelesaikan Tugas Akhir selama 2 minggu saja.


Kebayang kan, gimana hectic nya kami waktu itu, sampai-sampai, kami terpaksa nginep di lab kampus. Momen nya pun bertepatan dengan bulan puasa. Buka puasa di kampus, sahur juga di kampus.

Tapi lewat ini, saya jadi bisa survive saat pekerjaan di kantor mengharuskan saya untuk lembur sampai harus nginep beberapa hari di kantor juga.

3. Buka Puasa di Rumah Sakit

Ini masih nyambung dengan cerita sebelumnya. Setelah 2 minggu saya berjuang menyelesaikan Tugas Akhir, ayah saya sakit dan harus dirawat di Rumah Sakit. Itu adalah pertama kalinya saya menjalankan ibadah puasa sambil gantian menjaga ayah saya di rumah sakit.

Buka puasa di rumah sakit itu rasanya ga nyaman. Maka, bersyukurlah bagi kita semua yang bisa menjalankan ibadah puasa dan berbuka dengan keluarga yang komplit, sehat, dan menyayangi kita.

4. Buka Puasa nya Anak Jalanan

Suatu hari, selepas mengantarkan teman ke terminal bus, saya membeli jus untuk berbuka. Jus yang dikemas dalam cup plastik itu tidak langsung saya habiskan. Saya masukkan ke dalam kantong keresek, lalu saya gantungkan di motor. Niatnya sih, mau saya habiskan lagi nanti ketika sudah sampai di rumah.

Saya melanjutkan perjalanan menuju rumah. Di tengah perjalanan, tepatnya di salah satu perempatan jalan yang terkenal sebagai perempatan dengan lampu merah ter-lama di Bandung, ada anak kecil, pengamen jalanan, mendekati motor saya. Sepertinya dia memperhatikan sesuatu dari motor saya.

Ketika dia mendekat, dia menunjuk pada jus sisa yang saya gantungkan di motor. Katanya,

"Teh, mau itu teh, haus, belum buka (puasa),"
"Emang kamu shaum?" tanya saya
"Shaum teh"
"Ini tapi tinggal setengahnya" jelas saya
"Ga apa-apa teh, mau ya teh?
"Ya udah, ini ambil ya"

Hati saya jadi tersentil saat itu juga. Di tengah euforia buka bersama, buka puasa dengan makanan yang serba ada, ternyata masih banyak orang di luar sana yang belum tentu tau besok makan sama apa, bahkan belum tau juga, besok masih bisa makan atau engga. Anggap saja anak jalanan itu berkata jujur


Itu cerita tentang momen buka puasa ter-baper versi ku. Bagaimana dengan teman-teman? Ada cerita menarik tentang buka puasa?

Related Posts

4 comments

  1. Yang anak jalanan bikin baper TT

    ReplyDelete
  2. Aih kecebelete euy keterima di PTN dan beasiswa keren teh!
    btw itu mursida banget 90ribu, dulu juga aku merasakan puasa sendiri buka nasgor sahur juga separuh nasgor sisa buka >> sobat mysqueen wkwkwk saking iritnya buat biaya hidup :p

    Nah itu teh noted euforia kita berburu ini itu buat takjil sementara lingkungan terdekat ada yang masih buka sama teh doang duh sedih :( makanya kudu aware

    btw mohon maaf lahir batin nyak sok hereuy wae

    ReplyDelete
  3. duh jadi tersentil aku ini, suka kalap mata saat buka puasa tanpa disadari ada saudara kita yang juga berpuasa tapi tidak memeliki apa-apa untuk berbuka :(

    ReplyDelete
  4. cerita jus bikin ikutan baper juga huhu

    ReplyDelete

Post a Comment