Jangan Anggap Remeh Baby Blues Part 1: Definisi dan Penyebab

Mohon maaf kalau postingan ini agak-agak gimana gitu. Saya merasa terpancing untuk memposting hal ini setelah melihat postingan Insta Story seseorang, sebut saja dia Mawar.

Mbak Mawar ini menulis pendapatnya tentang Baby Blues di Insta Story nya. Poin-poin yang saya tangkap dari pendapatnya mbak Mawar intinya adalah bahwa Baby Blues itu adalah sebuah sugesti. Belum sampai disitu, kawan saya yang lain (cowok sih) bilang kalau baby blues itu penyakit jaman now, orangtua jaman dulu mana ada kena babyblues, gitu katanya. Hmm.

Saya sendiri termasuk orang yang pernah terkena baby blues, bahkan sampai hampir sebulan lamanya.

Saya kemudian mencari tahu secara pasti, apa itu baby blues? Benarkah orangtua zaman dahulu jarang terkena baby blues? Apa penyebab utama baby blues? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya mencari beberapa jurnal ilimiah yang membahas tentang baby blues.

Tentang Baby Blues
Setelah membaca beberapa referensi, saya menyimpulkan bahwa Baby Blues Syndrom diartikan sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan, berupa perasaan sedih dan emosi yang tidak stabil, berkaitan dengan kesulitan menerima kehadiran bayi nya, yang sering terlihat dalam minggu pertama setelah persalinan, kemudian memuncak pada hari ke tiga sampai kelima dan menyerang dalam jangka waktu 14 hari terhitung setelah persalinan.

Gejala Baby Blues
Syndrom baby blues biasanya menyerang 50%-70% wanita pasca melahirkan. Gejala baby blues biasanya ditandai dengan perasaan yang mudah berubah-ubah, terutama perasaan sedih yang tiba-tiba tanpa tahu apa penyebabnya.

Mengutip karya ibu Puspawardani, gejala baby blues antara lain:
  1. Dipenuhi perasaan bersedih dan depresi, disertai dengan menangis tanpa sebab
  2. Mudah kesal, gampang tersinggung, dan tidak sabaran
  3. Tidak memiliki, atau sedikit tenaga
  4. Cemas, merasa bersalah, dan tidak berharga
  5. Menjadi tidak tertarik pada bayi anda atau menjadi terlalu khawatir pada bayinya
  6. Tidak percaya diri
  7. Sulit beristirahat dengan tenang
  8. Peningkatan berat badan dengan makan berlebihan
  9. Penurunan berat badan yang disertai dengan tidak mau makan
  10. Perasaaan takut untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya
Penyebab Baby Blues
Lalu, apasih penyebab utama baby blues ini? Dari beberapa jurnal yang saya baca, penyebab baby blues saya rangkum menjadi 4 poin:
  1. Perubahan hormonal. Pasca melahirkan, kadar hormon estrogen dan progesteron seorang ibu menurun drastis, hal ini berkebalikan dengan meningkatnya hormon prolaktin dan oksitosin yang berfungsi untuk meningkatkan produksi ASI. Hormon estrogen dan progesteron ini ada kaitannya dengan perasaaan bahagia, sedangkan hormon oksitosin berkaitan dengan perasaan sedih dan stress. Nah, perubahan hormon inilah yang menyebabkan sebagian wanita pasca melahirkan sering sekali merasa sedih dan ingin menangis tanpa tahu penyebab nya apa.
  2. Kondisi Fisik. Kelelahan pasca melahirkan akibat berubah nya ritme "kehidupan", siang jadi malam, dan malam jadi siang, menyebabkan ibu rentan terkena depresi.
  3. Psikis. Kecemasan terhadap berbagai hal, seperti kecemasan dalam mengurus bayi, juga kurangnya perhatian keluarga dan terutama suami.
  4. Sosial. Perubahan gaya hidup sebagai ibu baru yang membutuhkan adaptasi, yang biasanya sering pergi ke sana kemari, setelah mempunyai anak, jadi bosan karena diam di rumah terus, juga bisa jadi penyebabnya.
Lalu, apakah orangtua zaman dahulu mengalami Baby Blues?
Saya rasa YA! Melihat salah satu penyebabnya adalah faktor biologis, yang berasal dari perubahan hormon. Ibu saya yang melahirkan hampir tiap tahun (hehe) merasakan juga yang namanya baby blues. Mertua saya pun sepertinya mengalamai baby blues. karena beberapa minggu sebelum melahirkan, mertua saya selalu wanti-wanti ke suami. Katanya jangan melarang saya jika ingin tinggal di rumah orangtua saya setelah melahirkan nanti, karena selepas melahirkan biasanya suka ada perasaan ingin lebih dekat dengan ibu kandung.

"Omat nya, tong nga ulah-ulah si teteh mun hayang cicing di indungna. Soalna mamah ge ngarasakeun mun tos ngalahirkeun teh sok hayang deukeut jeung indung" begitu kira-kira wejangan mertua ke suami saya.

Masalahnya, orangtua zaman dahulu belum tahu kalau apa yang dirasakannya itu adalah sindrom baby blues, sehingga banyak yang tidak menyadarinya.

Kesimpulan
Baby blues itu ada, dan bukan mitos semata. Baby blues tidak hanya dipengaruhi oleh faktor sosial saja, tapi juga hormon. Memang, tidak semua wanita mengalami baby blues, hanya sekitar 50-70% saja. Saya sendiri baru tahu bahwa saya terkena baby blues justru sekarang ini, di saat bayi saya sudah berusia 1 tahun, dan bukan karena setelah membaca kampanye-kampanye di media sosial tentang baby blues.

Baby blues ini jika dibiarkan maka akan berdampak negatif pada ibu dan bayi. Apa saja dampaknya? Dan, bagaimana cara mengatasi atau meminimalkan gejala baby blues? Mungkin akan saya  bahas di artikel selanjutnya.

Terimakasih sudah mampir..
Salam hangat

Related Posts

13 comments

  1. Ngeri emang baby blues ini, pernah denger cerita temen yang kena. Mudah-mudahan terhindar nih dari baby blues ini..

    ReplyDelete
  2. Walaupun belum pernah ngalamin baby blues kalo bisa jangan sampe deh nanti huhuhu tapi ini pernah terjadi sama tante aku juga teh, yg kita gak kira bisa kena baby blues karena dia seneng sama anak kecill

    ReplyDelete
  3. Walaupun belom punya baby tapi aku jadi nambah wawasan😂💕

    ReplyDelete
  4. Baby blues memang harus diwaspadai oleh Bukibu muda

    ReplyDelete
  5. Menambah ilmu nih tentang Baby Blues mudah-mudahan nanti ga kena deh hehe
    Thanks for sharing Teh

    ReplyDelete
  6. Aku belum punya anak dan kadang pikiran2 ttg baby blue berseliweran di kepala.. malah jd gak pede buat punya anak. Tp emang dukungan lingkungan itu penting ya..

    ReplyDelete
  7. Semoga kelak aku gk ngalamin.. Tp mkasih loh teh infonya. Jadi bisa jaga jaga dan kondisikan pasca melqhirkan.

    ReplyDelete
  8. mungkin kan jaman dulu nggak tau kalo itu namanya baby blues kali ya teh.. hihhi

    ReplyDelete
  9. The kayaknya mbar mawar ini belum ngerasain proses yang harus kita lalui paska melahirkan itu gimana, agak kesel ya bacanya mudah mudahan dia ga ngalamin hal yang dia utarakan sendiri. Edukasi tentang kesehatan mental memang perlu lebih banyak diadakan supaya ga banyak yang salah paham menanggapi dan merespon. thanks for sharing ya teh :)

    ReplyDelete
  10. Bun, keren banget nih bisa menganalis dari reaksi sosial yang dekat dengan kita terutama soal baby blues ini. Nice sharing teh

    ReplyDelete
  11. dulu saat lahiran anak pertama ku menangis marpaung-paung pengen ke mamah da mamah tos teu aya kumaha deui sedih minim info kala itu aku cuman bisa nangis jeung nangis weh apalagi dengerin kuliah subuh ti mitoha meni rawing ceuli huhuhu

    ReplyDelete
  12. Artikel yang bagus banget bun, terimakasih sudah berbagi dan sharing artikel yang luar biasa ini...

    ReplyDelete

Post a Comment